Kamis, 22 September 2011

Quid Est Veritas ?

Kuliahku pagi menjelang siang ini. Aku coba untuk mencerna kata-perkata dengan lebih baik dan lebih merekap perbincangan panjang. Dan memfilter beberapa kata-kata yang bersangkutan dan tidak bersangkutan dengan materi ajar. Tapi menyenangkan. saya ulangi sekali lagi menyenangkan. Namun begitu, ada sesuatu yang saya ambill dari pengajaran ini. pokok bahasannya adalah suatu kebenaran.

Entah mungkin saat menulis ini saya sedang galau atau lebih tepatnya antara logika dan perasaan tidak mempunyai sebuah korelasi. Sehingga apa yang disebut oleh teman-teman saya sebuah "cinta" itu tidak bisa saya definisikan.

Sempat terlintas, dari suatu ketika, perasaan "cinta" yang belum saya ketahui makna dan rasanya itu sebenarnya adalah sesuatu yang dikira-kira. Dalam artian tidak Valid dan tidak bisa dibuktikan keyakinan dan kesahan nya. Kita nggak bisa memperhitungkan atau kita tidak mempunyai tolak ukur atau parameter tertentu yang bisa dijadikan sebagai patokan atau dasar tertentu.

Jadi, kesimpulannya, Perasaan Cinta itu adalah sesuatu yang dikira-kira. Yang berarti juga bahwa ilmu perkiraan tidak akan pernah bisa dibuktikan dan dan akan semakin besar kemungkinan kekecewaan dan kesalahannya.

Namun teori saya tadi sebertinya bisa disangkalkan dengan teori kesesatan, yang saya buat sendiri dengan mengkaitkannya dengan arti sebuah kebenaran yang hakiki dianut oleh kaum ajaran kebenaran pragmatis.

Seorang pakar mengemukakan, "Truth is what is fated to be believed in the long run"
yang kurang lebih bermakna, bahwa kebenaran adalah sesuatu yang dipercaya dalam jangka waktu yang panjang.

Yang jika saya hubungkan dengan sebuah perasaan. teori kebenaran kaum pragmatis ini bisa digunakan juga.

Yakni, jika kamu percaya seseorang itu mampu membawamu kedalam suatu kebahagiaan. Dan kepercayaan itu berjalan sekian lamanya. Entah itu kamu yakini cinta, kasih sayang, rasa membutuhkan atau apalah itu. Namun Itulah Cinta, yang berlandaskan teori kebenaran sesungguhnya.

Apa kata saya, Cinta itu bisa dilogika. Bisa berjalan tanpa ilmu mengira-ngira dan merasa-rasa. Selalu ada teori mendasar untuk dijadikan sebuah landasan yang konkret.

*sekian... saya harus segera meliput. Siang Blogger. :D

1 komentar:

  1. cinta oh cinta
    cinta itu pilihan,,,,,hehehea
    semangat untuk mencari cinta....hahahah

    BalasHapus