Selasa, 04 Desember 2012

Hujan dan Kamu

Kaki kaki kecil hujan akan mengingatkanku pada kehadiranmu.
Lebih dari sekedar kembali memngingatkan  memori hujan romantis di sore hari. 
Tapi karena memetaforakan kamu dengan titik hujan rasanya cukup relefan.
Hidup bagiku adalah perjalanan sehari-hari. Bertemu dengan orang, berpapasan dengan orang, sesekali memincingkan mata, sesekali mengeluarkan umpatan. 
Tapi toh aku akan terus berjalan.Titik-titik hujan, tidak membuatku berhenti berjalan. 
Tapi cukup membuatku ingat caranya untuk tersenyum dan bersyukur.Seperti itupula caramu memngingatkanku bagaimana kehidupan itu patut untuk disyukuri. Bahwa setiap kejutan yang datang adalah cara agar aku dewasa melewatinya. Seketika kaki kaki hujan pun seemakin besar, memaksaku berhenti namun aku tidak berhenti. Bagiku, hujan adalah hujan. Dia ada menemaniku namun bukan untuk mengusikku. Ya aku keras kepala memang. Semoga kamu selalu bisa memahaminya. Sebagaimaana diamnya hujan, ia hanya bergemericik ketika dia bisa dan saatnya tepat untuk bergemericik. namun. Ketika aku berlalu keterlaluan. Aku ingin kamu menjadi pemberhenti terakhirku. Ucapkan dan peluk aku dengan kuyub. Paksa aku berhenti jika saatnya nanti aku benar-benar harus berhenti. Kalau keras kepalaku mengalahkan rasa dingin yang kau berikan. Putuskan perjalananku. Berikah genangan dari pasukan airmu. Tutup jalanku biarkan aku menunggu dan berhenti. Hingga saatnya pasukanmu mengalir dan menguap menjadi awan. Kamu tahu tidak akan membuat lautan di atas daratan. Kamu menghentikanku sesaat. Dan aku hanya ingin kamu yang melakukannya. Aku percaya kamu bisa. Karena itu, hati ini aku berikan setengahnya untukmu. Agar kamu dapat bertelepati denganku. mengetahui kapan aku dapat dipaksa untuk berhenti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar