Minggu, 05 Mei 2013

1 Dekade DBL

DBL? tidak perlu lagi saya jelaskan. 10 tahun sudah cukup bagi DBL untuk sekedar di kenal di seluruh penjuru Indonesia. Bagi saya, sudah komplit menikmati dbl dari berbagai sisi. Mulai menikmati menjadi supporter,peserta,crew,dan penonton. :) kenapa menikmati? Karena bagi saya, karena sangat menyenangkan dan yang terpenting banyak yang saya pelajari.
Dulu ketika SMA, saya menjadi supporter setia, kebetulan kakak saya adalah kapten tim basket sekolah. Dari situ saya tahu, kerasnya perjuangan sebagai tim. Bagaimana untuk tetap kompak meski dengan banyak kekurangan. Bagaimana terus berusaha hingga akhir meski kata tidak mungkin terus membayangi.
Setelah jatu hati dengan DBL saya mulai menjajal menjadi peserta journalist DBL. Saya jadi tahu makna pride dari slogan DBL. Coba deh kamu rasakan sendiri hawa kompetisi di ajang ini, bisa buat merinding pokooknya. Saya jadi bingung mengungkapkannya. Selain itu saya belajar bagaimana ingin mengungguli namun tetap mendukung. Bagaimana rasa lelah namun tetap ingin menjadi nomor satu.
Saya tahu, tidak menang bukan berarti kalah. Setelah tawa dan air mata jatuh di dbl arena, Saya putuskan untuk sebuah misi yang sederhana. DBL harus tetap ada dan eksis, untuk tetap menjadi mimpi berjuta orang dan membuat mereka berusaha untuk meraihnya.
Tercetuslah ide untuk menjadi bagian dari DetEksi Jawapos. Lebih banyak lagi yang saya pelajari. Tentang bagaimana kekurangan fisik tidak menjadi penghalang. Ada kapten tim yang ternyata mempunyai kekurangan dalam komunikasi,dia mempunyai bentuk bibir yang tidak sempurna tepatnya bibir sumbing. Meski mewawancarainya saja begitu susah, tapi melihat caranya bermain... Ckckck, commisioner DBL dibuatnya menangis. Juga tentang bagaimana dbl mengubah jalan hidup seseorang. Kapten tim yg sekeluarga adalah penari. Seorang diri dia buktikan kepada kelurganya, dengan kedua kaki tangannya dia mampu memutuskan jalan hidupnya sendiri. Sebagai pembasket. Bagaimana juga perjuangan seseorang dari zero menjadi hero. Ditahun pertamanya bermain di DBL dia menjadi pemain cadangan yg tidak pernah diturunkan dalam pertandingan. Ditahun keduanya dia menjadi bintang lapangan. Menyabet MVP dan setelah lulus sma, tim basket profesional surabaya merekrutnya sebagai pemain muda. Bagaimana ambisi tidak hanya untuk membawa kebaikan untuk diri sendiri namun juga orang disekitar yang kita sayangi. Ketika pelatih cerdas yang membawa timnya menjadi juara adalah mantan pemain profesional. Tidak hanya ingin siswanya menjadi pemain hebat seperti dirinya,namun ingin para siswanya tidak kesepian dirumah karena ditinggal orang tua mereka bekerja. Dan menjatuhkan pilihan dengan berhedon ria. Bagaimana usaha terbaik kita tidak hanya untuk kebanggan diri kita tetapi juga untuk orang lain. Penampilan dance yg memukau. Dibaliknya adalah penyampaian belasungkawa terdalam terhadap sang guru pendamping yang meninggal sepulang dari mengantarkan tim dance tampil di DBL. Sang guru pasti bangga di atas sana. Dan saya ikut menangis ketika mewawancarai tim dance yang sangat kompak itu.
Dari pelajaran itu semua. Disinilah saya sekarang. Sebagai penonton opening Honda DBL East Java Series - North Region 2013. Satu yang bisa saya simpulkan. DBL adalah magnet. Mencuri perhatian. Dan selalu dinanti. Malam ini ketika saya kembali menyaksikan DBL dari bangku penonton. Show yg ditampilkan tidak seapik beberapa tahun lalu. Kualitas pertandingan juga tidak sebegitu menarik untuk disakaikan
namun, para supporter gila yang setia meneriakkan nama sekolahnya yg bertanding di arena pasti punya alasan sendiri untuk tergila gila. Sama seperti dengan saya. Saya juga punya alasan tersendiri untuk kembal ke arena ini dan tergilagila. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar