Minggu, 31 Maret 2013

Tanah Surga


Jayapura kota yang selalu membuatku merindu, kota yang selalu mengingatkanku kepada asal. Berlebihan? Aku rasa tidak, akan aku ceritakan sebuah kisah berasal dari tanah Surga, tanah kelahiranku, Bumi papua.
Jika menyebut Jayapura, aku rasa ini adalah tempat dimana rasa toleransi dan rasa saling menghormati sangatlah dijunjung tinggi. Sejak kecil aku sudah sangat menghafal agama, hari raya agama, nama rumah ibadah, kitab masing-masing agama, hingga busana yang mereka kenakan saat beribadah. Karena dari tetangga sejajar dengan rumah yang dulu aku tinggali, terdiri dari keluarga-keluarga yang berbeda-beda agama. Nia beragama budha, putu beragama hindu, putri beragama khatolik, Jason beragama protestan, dan aku beragama islam. Itu adalah nama-nama teman-teman kecilku di satu jajar rumah kami.
Sejak kecil, cara menghormati kami adalah saling berkunjung ketika natal tiba, menyusun bersama buah-buah sesaji jika saatnya waktu beribadah agama budha dan hindu. Dan membantu membersihkan rumah tetangga-tetangga beragama muslim ketika menjelang idul fitri, dan berhenti sejenak ketika bermain saat masuk waktu untuk aku menunaikan shalat.
Dan ketika hari raya masing-masing agama tiba, rasa khusuk dan rasa suka cita nggak hanya dirasa oleh si empunya agama, tapi semuanya meskipun berbeda agama. berbeda tentunya seperti yang aku rasa di sini, Jawa. Nyepi? Nggak berasa, waisak? Apalagi. Natal, hip hip hura libur. Lebaran, jalanan lenggang. Udah gitu gitu aja.
 Udah mulai jatuh cinta? Eits, tunggu dulu, katanya orang jatuh cinta itu dari mata turun ke hati. Dan sesampainya kamu di bumi papua, silahkan potong kepala saya, jika kamu tidak merasa jatuh cinta. Kita mulai dari bagian tengah kota, pusat kota sekarang sudah ramai dengan deretan took-toko dan mall-mall, meskipun tidak sebesar mall-mall yang ada di Surabaya. Yaa, standart kota kecil di Indonesia, tapi menyusuri jalanan depan kantor gubernur, kamu akan menganga melihat keindahan pantai dok dua yang berada tepat disebelah jalan raya (jalan soasiu). Kamu bebas mau gulung-gulung, duduk duduk, ngelamun, pacaran, bercanda dengan teman, kamu bisa nikmati dengan duduk di pasir, sambil menikmati angin pantai. Memandangi ombak dan pemandangan aktifitas pelabuhan jayapura.
Bayangkan malam tiba, ketika yang terasa hanya angin, suara ombak, dan langit hitam. Namun dikejauhan lautan, dihiasi dengan warna warni lampu kapal yang lalu lalang, masuk dan keluar pelabuhan. Dan sesekali terdengar suara goooongggggg yang keras dari kapal yang berlayar.
Pengalaman tidak terlupakan jika kamu berkesempatan menghabiskan malam pergantian tahun di pinggiran pantai dok 2. Selain karena kamu bisa menikmati pesta kembang api di pinggir pantai, kamu juga tercatat sebagai masyarakat yang merayakan tahun baru paling awal di Indonesia.  
Jalanan Tengah Kota (sebelah Imbi -alun-alun kota jayapura)


pantai Dok 2
Sudah cinta tergila-gila? O’ooo…, keindahan lainnya adalah  struktur kota jayapura yang tidak hanya memiliki pantai-pantai indah berpasir putih, tetapi juga pegunungan-pegunungan kecil. Jalanan berkelok kelok, menurun dan tanjakan. Salah satunya adalah jalanan dok lima atas, di jalanan yang terus menanjak, jika kamu menoleh kebelakang, maka pemandangan lautan yang biru akan Nampak begitu indah di kejauhan. Ada sebuah daerah bernama angkasa, yang terletak di sisi perbukitan, melintasi jalanannya kamu akan menemukan tebing-tebing yang indah, jika dinikmati ketika sore menjelang matahari terbenam, warna coklat merah matahari memantul ditebing-tebing. Seakan mimpi, aku ingat ketika suatu sore di bulan ramadhan bapak mengajak saya untuk ke angkasa.
Saat itu aku masih duduk di bangku kelas 1 SD yang sudah bersikeras untuk puasa penuh. Akhirnya ketika pukul 4 aku sudah menggeliat kelaparan. Bapakpun mengambil inisiatif untuk mengajak jalan jalan, aku pikir akan diajak kepantai, karena lebih dekat. Ternyata tidak, aku diajak menikmati sunset di pegunungan yang hanya ditempuh dengan waktu 20 menit lewat jalanan pasir dua. Di pucuk bukit ada bangunan menyerupai gereja dengan patung salib raksasa di bagian sampingnya. Luar biasa indah. Dan tidak akan terlupakan.
Begitu banyak keindahan di tanah surga ini, banyak lagi kisah menarik lainnya, bermain dengan kanguru yang di pelihara tetangga, memelihara sepasang burung cendrawasih, berlari dikejar kasuari saat hendak pergi mengaji di masjid. Dan berangkat ke TK diantarkan oleh anjing bernama Joe. Kamu tidak akan pernah bosan, kamu tidak akan pernah jenuh. Bahkan membayangkannya saja sudah hampir gila karena kangen dan belum bisa kesana. Someday, aku akan kembali ke tanah surga, tunggu saja.



catatan: terimakasih seorang teman yang kembali mengingatkan saya akan keindahan kota jayapura. Dan sudi berbagi rekaman-rekaman foto dari Jayapura.
Photoby: Candra Andhika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar