Jayapura kota yang selalu membuatku merindu, kota yang
selalu mengingatkanku kepada asal. Berlebihan? Aku rasa tidak, akan aku
ceritakan sebuah kisah berasal dari tanah Surga, tanah kelahiranku, Bumi papua.
Jika menyebut Jayapura, aku rasa ini adalah tempat dimana
rasa toleransi dan rasa saling menghormati sangatlah dijunjung tinggi. Sejak
kecil aku sudah sangat menghafal agama, hari raya agama, nama rumah ibadah,
kitab masing-masing agama, hingga busana yang mereka kenakan saat beribadah. Karena
dari tetangga sejajar dengan rumah yang dulu aku tinggali, terdiri dari
keluarga-keluarga yang berbeda-beda agama. Nia beragama budha, putu beragama
hindu, putri beragama khatolik, Jason beragama protestan, dan aku beragama
islam. Itu adalah nama-nama teman-teman kecilku di satu jajar rumah kami.
Sejak kecil, cara menghormati kami adalah saling
berkunjung ketika natal tiba, menyusun bersama buah-buah sesaji jika saatnya
waktu beribadah agama budha dan hindu. Dan membantu membersihkan rumah
tetangga-tetangga beragama muslim ketika menjelang idul fitri, dan berhenti
sejenak ketika bermain saat masuk waktu untuk aku menunaikan shalat.
Dan ketika hari raya masing-masing agama tiba, rasa
khusuk dan rasa suka cita nggak hanya dirasa oleh si empunya agama, tapi
semuanya meskipun berbeda agama. berbeda tentunya seperti yang aku rasa di
sini, Jawa. Nyepi? Nggak berasa, waisak? Apalagi. Natal, hip hip hura libur. Lebaran,
jalanan lenggang. Udah gitu gitu aja.
Udah mulai jatuh cinta? Eits, tunggu dulu, katanya orang
jatuh cinta itu dari mata turun ke hati. Dan sesampainya kamu di bumi papua,
silahkan potong kepala saya, jika kamu tidak merasa jatuh cinta. Kita mulai
dari bagian tengah kota, pusat kota sekarang sudah ramai dengan deretan took-toko
dan mall-mall, meskipun tidak sebesar mall-mall yang ada di Surabaya. Yaa,
standart kota kecil di Indonesia, tapi menyusuri jalanan depan kantor gubernur,
kamu akan menganga melihat keindahan pantai dok dua yang berada tepat disebelah
jalan raya (jalan soasiu). Kamu bebas mau gulung-gulung, duduk duduk, ngelamun,
pacaran, bercanda dengan teman, kamu bisa nikmati dengan duduk di pasir, sambil
menikmati angin pantai. Memandangi ombak dan pemandangan aktifitas pelabuhan
jayapura.
Bayangkan malam tiba, ketika yang terasa hanya angin,
suara ombak, dan langit hitam. Namun dikejauhan lautan, dihiasi dengan warna
warni lampu kapal yang lalu lalang, masuk dan keluar pelabuhan. Dan sesekali
terdengar suara goooongggggg yang keras dari kapal yang berlayar.
Pengalaman tidak terlupakan jika kamu berkesempatan
menghabiskan malam pergantian tahun di pinggiran pantai dok 2. Selain karena
kamu bisa menikmati pesta kembang api di pinggir pantai, kamu juga tercatat
sebagai masyarakat yang merayakan tahun baru paling awal di Indonesia.
![]() |
Jalanan Tengah Kota (sebelah Imbi -alun-alun kota jayapura) |
![]() |
pantai Dok 2 |
Sudah cinta tergila-gila? O’ooo…, keindahan lainnya
adalah struktur kota jayapura yang tidak
hanya memiliki pantai-pantai indah berpasir putih, tetapi juga
pegunungan-pegunungan kecil. Jalanan berkelok kelok, menurun dan tanjakan. Salah
satunya adalah jalanan dok lima atas, di jalanan yang terus menanjak, jika kamu
menoleh kebelakang, maka pemandangan lautan yang biru akan Nampak begitu indah
di kejauhan. Ada sebuah daerah bernama angkasa, yang terletak di sisi
perbukitan, melintasi jalanannya kamu akan menemukan tebing-tebing yang indah,
jika dinikmati ketika sore menjelang matahari terbenam, warna coklat merah
matahari memantul ditebing-tebing. Seakan mimpi, aku ingat ketika suatu sore di
bulan ramadhan bapak mengajak saya untuk ke angkasa.
Saat itu aku masih duduk di bangku kelas 1 SD yang sudah
bersikeras untuk puasa penuh. Akhirnya ketika pukul 4 aku sudah menggeliat
kelaparan. Bapakpun mengambil inisiatif untuk mengajak jalan jalan, aku pikir
akan diajak kepantai, karena lebih dekat. Ternyata tidak, aku diajak menikmati
sunset di pegunungan yang hanya ditempuh dengan waktu 20 menit lewat jalanan
pasir dua. Di pucuk bukit ada bangunan menyerupai gereja dengan patung salib
raksasa di bagian sampingnya. Luar biasa indah. Dan tidak akan terlupakan.
Begitu banyak keindahan di tanah surga ini, banyak lagi
kisah menarik lainnya, bermain dengan kanguru yang di pelihara tetangga,
memelihara sepasang burung cendrawasih, berlari dikejar kasuari saat hendak
pergi mengaji di masjid. Dan berangkat ke TK diantarkan oleh anjing bernama
Joe. Kamu tidak akan pernah bosan, kamu tidak akan pernah jenuh. Bahkan membayangkannya
saja sudah hampir gila karena kangen dan belum bisa kesana. Someday, aku akan
kembali ke tanah surga, tunggu saja.
catatan: terimakasih seorang teman yang kembali
mengingatkan saya akan keindahan kota jayapura. Dan sudi berbagi
rekaman-rekaman foto dari Jayapura.
Photoby: Candra Andhika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar